Selasa, 15 Mei 2018

Hakikat Pendidikan IPA (Sains)

0 komentar

Menurut (Wonorahardjo, 2010) dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia yang berarti pengetahuan tentang, atau tahu tentang; pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Berbeda dengan pendapat Fisher (Nugraha, 2005: 3) mendefinisikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian.

Sedangkan (James Conant, dalam Samatowa, 2011) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Sejalan dengan hal itu, dapat diketahui bahwa kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada di sekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

(Iskandar, dalam Bundu, 2006) mengemukakan bahwa sains sebagai disiplin ilmu disebut produk sains karena isinya merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori sains. Fakta sains fakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dibuktikan secara objektif. Konsep sains konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang saling berhubungan. Konsep adalah kosa kata khusus yang dipelajari siswa. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep yang dipelajari, mengenai ilustrasi konsep, kesamaan suatu konsep, dan mengetahui bahwa penggunaan konsep itu benar atau salah. Prinsip sains adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep sains. Hukum sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya yang meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. Teori sains sering disebut juga teori ilmiah merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan hukum, sehingga merupakan model, atau gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam.

Dari berbagai defenisi-defenisi tersebut telah tampak adanya berbagai gambaran-gambaran penting tentang pembelajaran sains terutama pada siswa. Kajian diatas dapat diartikan sebagai pemahaman tentang keterkaitan program dan aplikasi sehingga dapat melibatkan serta mengimbangi kemajuan dari tehnologi masa kini dengan berbasis pada model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan pembelajaran dengan melihat dari sisi software yang digunakan dalam media.

Referensi:
Nugraha A. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Dirjen Dikti Depdiknas: Jakarta


Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalamPembelajaran  Sains. Depdiknas: Jakarta

Wonorahardjo S. 2010. Dasar-dasar Sains Menciptakan Masyarakat Sadar Sains. Indeks: Jakarta.

Samatowa U. 2011. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Depdiknas: Jakarta

Read more...

Sabtu, 12 Mei 2018

Definisi Motivasi Belajar

0 komentar

Motivasi belajar memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan proses maupun hasil belajar siswa. Salah satu indikator kualitas pembelajaran adalah adanya semangat maupun motivasi belajar dari para siswa. Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar.

Woolfolk & Nicolich (dalam Eko, 2012), menyatakan bahwa motivasi pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dalam dunia pendidikan, minat dapat diartikan sebagai kecenderungan yang timbul apabila individu tertarik terhadap sesuatu yang akan dipelajari dan bermakna bagi dirinya. Menurut Effendi (dalam Herwin, 2009) minat merupakan sumber dari usaha yang timbul dari kebutuhan siswa yang menjadi faktor pendorong dalam melakukan usahanya (belajar).

Guru berkontribusi dalam menumbuhkan motivasi belajar yang akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa, di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60 (Dedi Supriadi dalam Eko, 2012).

Referensi:

Herwin, W. Yogo. 2009. “Kreativitas dalam Pembelajaran Musik”. Jurnal Cakrawala Pendidikan 1 (2)

Eko, W. Putro dan Anita, Rinawati. 2012. “Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Jurnal Cakrawala Pendidikan 31 (2): 281-283

Read more...

Jumat, 11 Mei 2018

Konsep Media Phet Simulations dalam Pembelajaran

0 komentar

Media berasal dari kata “medius” yang artiya tengah, parantara atau pengantar. Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997; dalam Rusman:2011). Sedangkan menurut (Scram, 1977; dalam Rusman, 2011) media adalah technologi pembawa pesan yang dimanfaatkan untuk pembelajaran.

Ada beberapa kriteria untuk menialai keefektifan sebuah media, (Hubbard, 1983; dalam Rusman, 2011) mengusulkan Sembilan kriteria untuk menilainya. Kriteria pertama adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk diubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan danyang terakhir adalah kegunaan.

Menurut Sudjana dan Rivai (Arsyad, 2002) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat  menumbuhkan motivasi belajar.
b.  Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami  oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Media memiliki multimakna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas, AECT (association for education and communication technology) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimafaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (national education association) memaknai media sebagai segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca dan dibicarakan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Multimedia pembelajaran interaktif yang mempergunakan strategi simulasi membawa siswa lansung dihadapkan pada lingkungan atau situasi yang menuntut perannya atau menuntut siswa untuk mengambil tindakan.

Menurut (Wester’s Collegiate Dictionary, 2004; dalam Shaharuddin, 2011), simulasi adalah “berpura-pura, untuk memperolehi intipati tanpa melalui keadaan sebenar”.. Penggunaan simulasi berasaskan multimedia adalah sebagai salah satu  kaedah dalam pendidikan dan penggunaannya kian meningkat dan popular.

Menurut (Alessi dan Trollip, 2001; dalam Shaharuddin, 2011) simulasi dibahagi kepada dua kumpulan berdasarkan objektif utama pendidikan yaitu ingin mengajar tentang sesuatu atau untuk mengajar bagaimana membuat sesuatu. Simulasi bagi mengajar sesuatu dibahagikan pula kepada dua subkategori iaitu Physical dan Iterative Simulation manakala bagaimana membuat sesuatu juga dibahagian pada dua sub-kategori iaitu  Procedural dan Situational Simulation.

Ciri-ciri simulasi yang efektif adalah:
1.      Belajar menjadi relatif lebih singkat dibandingkan metode lain,
2.      Efektivitas belajar meningkat bila model atau simulasinya benar-benar mendekati realita,
3.      Belajar menjadi efisien karena targetnya pada kemajuan dan hasil belajar.

Berikut ini adalah tampilan awal dari media Phet Simulatins dilihat dari segi design dan artistic media pembelajaran:





Tampilan awal dari media ini dimaksudkan untuk memberikan suat kesan yan mampu menarik perhatian pengguna media ini terutama menarik perhatian siswa yang diselingi dengan tampilan yang menarik dengan berbagai gambar simulasi yang ditampilkan pada background dari media yang disajikan dengan berbagai teks penggunaan media, tentang media Phet Simulations serta panduan penggunaan pada guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Disampimng itu, media ini dapat diatur penggunaan bahasa yang ingin dipakai pengguna termasuk bahasa indonesia yang mudah dimengerti leh guru maupun siswa dapat memahaminya.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media Phet simulations adalah salah satu media pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajara yang lebih konkret dengan beerbagai bentuk-bentuk tiruan yang mendekati konsep yang sebenarnya.

Referensi:
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta
Rusman. Kurniawan, D. dan Riyana, C. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Rajawali Pers: Jakarta.
Shaharuddin Salleh, S. Zaidatun, T. 2011. “Pembinaan Sistem Pembelajaran Berasaskan Simulasi Interaktif menerusi Web bagi Kursus Telekomunikasi dan Rangkaian” dalam Jurnal Teknologi Pendidikan Malaysia 1(1):51


Read more...

Definisi Kecerdasan dalam Konteks Pendidikan Ekonomi

0 komentar
Intellectual (kecerdasan) adalah bagian diri yang merenung, mencipta memecahkan masalah dan membangun makna. Intellectual ini berhubungan erat dengan aktivitas psikis terutama kerja otak. Belajar intellectual berarti belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. bahwa anak didik harus dilatih untuk mematangkan kemampuan intelektuanya, sebagai warga belajar yang setiap melakukan kegiatan belajar, harus dapat berkembang pemikirannya ke arah berpikir objektif dan rasional, tidak emosional. Dalam hal ini guru memegang peran yang penting dalam mematangkan kemampuan intellectual siswa dan diharapkan guru dapat mendorong siswa menjadi pemikir yang kritis dan kreatif (Sardiman, 2014).

Intellectual adalah intelektual material berupa pengetahuan, informasi, intellectual property, dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Sedangkan menurut International Federation of Accountants (1998, dalam Harniek, 2009), istilah intellectual capital sama dengan intellectual property mengartikan bahwa modal intelektual sebagai aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang melekat pada sumber daya manusia yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan daya tahan dan keunggulan perusahaan.

Intelektual sebagai hasil dari proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu sendiri, yang ditransformasi ke dalam aset yang bernilai bagi perusahaan. (Sullivan, 2000, dalam Sangkala, 2006) menyatakan bahwa intellectual capital adalah pengetahuan yang dapat diubah menjadi profit. Intellectual capital tidak hanya menyangkut pengetahuan dan keterampilan dari para karyawan, melainkan juga termasuk infrastruktur perusahaan, relasi dengan pelanggan, sistem informasi, teknologi, kemampuan berinovasi, dan berkreasi.

Berdasarkan pendapat dari berbagai ahli diatas, dapat diketahui bahwa intellectual mmerupakan aktivitas seseorang cenderung mengara pada kerja-kerja otak. Seperti halnya belajar yang membutuhkan pemikiran yang bertujuan untuk memcahkan masalah dengan objektif serta tetap mengedepankan pikiran positif.  Kecerdasan seseorang juga memiliki taraf yang berbeda-beda dalam segi yang berbeda pula

Referensi:
Harniek, Diah. 2009. ”Pengaruh Intellectual Capital terhadap Market value dan
Financial performance pada Perusahaan Jasa Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.Universitas Airlangga. Surabaya.

Sangkala. 2006. Intellectual Capital Management: Strategi Baru. Membangun Daya Saing Perusahaan. Jakarta: YAPENSI

Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



Read more...

Rabu, 09 Mei 2018

Definisi Bakat (Aptitude) dalam Konteks Pendidikan

0 komentar
Aptitude (bakat) adalah kemampuan khusus yang dimiliki seseorang. Aptitude bersifat istimewa karena tidak semua orang memilikinya. Msalnya, bermain musik adalah sebuah aptitude karena tidak semua orang bisa bermain musik. Bakat adalah individu yang memiliki kemampuan unggul dalam bidang tertentu dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Mengacu pada pengertian bakat tersebut di atas, bakat itu adalah relatif tetap sepanjang waktu tertentu. Karena bakat itu relatif stabil, maka bakat-bakat itu dapat digunakan untuk membantu memprediksi keberhasilan dalam bidang pendidikan dan karir. Kreativitas adalah ekspresi tertinggi keberbakatan. Kreativitas juga dikaitkan dengan bakat dan fungsi dasar manusia yakni berpikir, merasa, mengindrakan dan intuisi (Herawati, 2010).

Secara substantik teoretis Aptitude dapat diartikan sebagai suatu konsep atau pendekatan yang memiliki sejumlah strategi pembelajaran yang efektif digunakan untuk individu tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bakatyang dimiliki seseorang ini merupakan sebuah ciri khas yang ada dalam dirinya. Aptitude sebagai sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan yang cocok dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu perlakuan secara optimal efektif diterapkan oleh siswa yang berbeda tingkat kemampuannya.

Secara statistik dan metodologi, Aptitude dimaknai sebagai suatu interaksi statistik yang bersifat multiplikatif (gabungan) dari sekurang-kurangnya satu variabel manusia (independent) dan satu variable perlakuan, dalam mempengaruhi satu variabel hasil belajar. Menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara hasil belajar yang diperoleh siswa dengan pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berarti bahwa prestasi akademik hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran yang dikembangkan oleh guru di kelas (Arikunto, 2012).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa aptitude (bakat) merupakan potensi diri yang khusus dimiliki oleh individu atau perseorangan yang merupakan prestasi tersendiri yang mereka miliki. Bakat ini memiliki nilai istimewa bagi seseorang yang bersangkutan karena tidak semua orang memiliki bakat yang sama dalam bidang yang sama. Setiap orang memiliki bakat dan potensi yang berbeda-bede sehingga bakat mampu membawa seseorang kepada ujung keberhasilan.

Referensi:
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta


Herawati, Oktiana Dwi Putra dkk. 2010. “Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang”. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 4 NO.1.
Read more...

Mengapa Pendidikan Karakter?

0 komentar
Pendidikan merupakan sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani, akal, dan akhlak seseorang sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya. Pengertian pendidikan meliputi semua sarana, baik disengaja seperti pendidikan di lingkungan keluarga (rumah), dan pendidikan sekolah, atau yang tidak disengaja seperti pendidikan dari pengaruh lingkungan sosial kemasyarakatan dalam pergaulan kesehatan yang bersifat alamiah.


Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter (character education) sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut yaitu meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, maka dari inilah dapat diketahui bahwa sangatlah penting mempelajari tentang pendidikan karakter.

Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal). Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yaitu metode keteladanan,  metode pembiasaan, dan metode pujian dan hukuman (Haryanto, 2012).

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pemberian arahan dengan berbagai macam pengaruh yang sengaja kita pilih untuk membantu anak, sehingga sedikit demi sedikit sampai kepada batasan kesempurnaan maksimal yang dapat dicapai. Sebagai individu dalam kehidupan sosial menjadi lebih sempurna, lebih tepat dan lebih baik bagi masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan dapat juga dikatakan sebagai wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang ke arah yang positif.


Pendidikan karakter dapat dihubungkan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada penilaian kognitif, tetapi berkaitan pada interaksi dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Pendidikan karakter sendiri bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan yang dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.

Referensi:
Haryanto. 2012. Pengertian Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasinya. (http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidian-karakter.html). Diakses pada tanggal 5 Desember 2013, 
Read more...

Minggu, 06 Mei 2018

Prospek ASEAN Community

0 komentar
ASEAN Community merupakan suatu cita-cita dari negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Regional yaitu ASEAN, untuk membentuk suatu masyarakat yang damai, harmonis, makmur, sejahtera dan terintegrasi di wilayah ASEAN tersebut. Dasar dari upaya pembentukannya adalah untuk lebih memperkuat, mempercepat, dan mengimplementasikan kerjasama diantara negara anggota ASEAN. Adapun ASEAN Community ini mencakup 3 konsep besar yaitu Komunitas bidang politik, keamanan, dan hukum (ASEAN Political Security Community), Kerjasama dibidang ekonomi. (ASEAN Economic Society), Kerja sama di bidang ini mencakup Pembangunan Manusia, Kesejahteraan Sosial dan Perlindungan Sosial, Keadilan Sosial dan Hak-hak, penjaminan Kelestarian Lingkungan, Pembangunan Identitas ASEAN, serta Pengurangan Kesenjangan  Pembangunan. (ASEAN Socio-cultural Community). Unsur pendidikan merupakan bagian dari ASEAN Socio-cultural Community.
Kerangka sosial budaya, terdapat aspek pendidikan yang diharapkan mampu menopang ASEAN Community. Sebelumnya pada tahun 1995, ASEAN memiliki jaringan pendidikan tinggi, yakni ASEAN University Network (AUN). AUN sebagai hasil konferensi tingkat tinggi ke-4 ASEAN pada tahun 1992 silam. Pendirian AUN ini tidak lain adalah untuk mempercepat solidaritas dan pengembangan identitas regional melalui promosi pengembangan sumber daya manusia dengan jalan penguatan jaringan yang sudah ada di tingkat universitas dan institut pendidikan unggulan di kawasan.
Aspek sosial budaya diperlukan untuk pengembangan rasa kebersamaan dan solidaritas, termasuk didalamnya pengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan. Harapannya, ketika tingkat SDM masyarakat ASEAN sudah setara (equal), akan semakin mempercepat integrasi ekonomi sebagai pilar utama ASEAN Community. Hal ini sesuai dengan pemikiran Mantan Menko Kesra, Agung Laksono yang mengusulkan tentang peningkatan kerjasama negara ASEAN di bidang pendidikan. Kerjasama ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama siswa dan mahasiswa di kawasan ASEAN.
ASEAN Community tentunya memberikan pengaruh bagi sektor pendidikan di Indonesia, khususnya bagi perguruan tinggi di Indonesia. Ide persaingan yang terjadi sebagai akibat dari pasar bebas ataupun ASEAN single market mengharuskan perguruan tinggi siap menghadapinya. Kompetisi pada perguruan tinggi tidak lagi hanya diantara perguruan tinggi di Indonesia, namun sudah meliputi perguruan tinggi di regional ASEAN. Adanya pasar bebas ini memberi peluang bagi perguruan tinggi asing untuk masuk dan didirikan di wilayah Indonesia sesuai dengan pasal 90 Undang-undang No 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. 
Read more...

Sabtu, 05 Mei 2018

Pendidikan dan Pelatihan dalam Pengembangan SDM

0 komentar
Sumber daya manusia yang ada didalam suatu organisasi perlu pengembangan sampai pada taraf tertentu sesuai dengan perkembangan organisasi. Apabila organisasi ingin berkembang seyogyanya diikuti oleh pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangaan SDM, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan.

Pendidikan dan pelatihan ini, langkah awalnya perlu dilakukan analisis kebutuhan atau need assessment, yang menyangkut tiga aspek, yaitu: (1) analisis organisasi, untuk menjawab pertanyaan: "Bagaimana organisasi melakukan pelatihan bagi pekerjanya", (2) analisis pekerjaan, dengan pertanyaan : " Apa yang harus diajarkan atau dilatihkan agar pekerja mampu melaksanakan tugas atau pekerjaannya" dan (3) analisis pribadi, menekankan "Siapa membutuhkan pendidikan dan pelatihan apa". Hasil analisis ketiga aspek tersebut dapat memberikan gambaran tingkat kemampuan yang ada di organisasi tersebut.


Kinerja atau performance dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disingkat "ACHIEVE" yaitu: ability (kemampuan pembawaan), capacity (kemampuan yang dapat dikembangkan), incentive (insentif material dan non-material), environment (lingkungan tempat kerja), validity (pedoman, petunjuk dan uraian kerja) dan evaluation (umpan balik hasil kerja). Dari beberapa faktor di atas, yang dapat diintervensi dengan pendidikan dan pelatihan adalah capasity atau kemampuan pekerja yang dapat dikembangkan, sedangkan faktor lainnya diluar jangkauan pendidikan dan pelatihan.


Read more...

Kamis, 03 Mei 2018

Piramida Gifted Children

0 komentar
Tingkat kecerdasan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pendidikan. Kemampuan individu dapat ditentukan oleh tingkat kecerdasannya, dengan dilihat dari bakat bawaan (heredititas) dan faktor lingkungan. Pandangan tentang penyeleksian dilihat dari kemampuan berpikir, kemampuan belajar, dan penyesuaaian diri dengan intelejent questions (IQ) minimal 125-140, emotional questions (EQ), spiritual questions (SQ) di atas rata-rata. Sehingga dapat dikategorikan sebagai gifted children yang disesuaikan dengan Three-Ring Conceptions menurut Renzulli (1981, 2005)

The Triadich dari Renzulli-Monks merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Monks ini disebut model multi faktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Dalam model multi faktornya Monks mengatakan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana anak tinggal (Monks dan Ypenburg, 1995).

Gambar: Piramida Gifted Children

Piramida Gifted children merupakan suatu tahapan dalam pemilihan atau yang dikategorikan oleh penulis dengan tinjauan tentang kemampuan intelektual diatas rata-rata maka dapat dikatakan anak cerdas berbakat yang kemudian akan berikan suatu komitmen untuk mengembangkan kemampuan yang pada akhirnya menghasilkan suatu produk yakni suatu karya cipta.
Read more...

Peta Konsep Inkubator Pendidikan dan Teknologi

0 komentar
Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat kepada kemampuan pelajar yang berdasarkan indikator keberhasilan. Pembelajaran yang memusatkan kemampuan pelajar dapat diamati dengan menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kelompok. Persoalan sekarang ini adalah menciptakan ruang kepada pelajar untuk menemukan cara yang terbaik dalam mengembangkan kemampuan yang baik itu kemampuan dalam bidang pendidikan maupun pengembangan teknologi. Dalam mengatasi persoalan tersebut maka peran inkubator pendidikan dan teknologi yang berfungsi sebagai ruang dan bertujuan untuk merangsang pelajar untuk lebih giat mengasah kamampuan anak berbakat.

Strategi penyeleksian adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan  pelajar-pelajar  (individu) yang akan dibina dalam inkubator ini dengan melihat kriteria yang telah ditentukan. Kemudian, strategi pelaksanaan adalah tahapan yang dilakukan kepada pelajar setelah melewati penyeleksian. Adapun peta konsep dari strategi penyeleksian dan pelaksanaan adalah sebagai berikut: 
Peta Konsep Inkubator Pendidikan dan Teknologi
Bedasar pada peta konsep tersebut, diperlukan sebuah perencanaan yang matang mulai pada tahap analisa individu sampai penempatan kerja. Strategi tersebut dapat dijalankan dengan adanya dukungan dari berbagai pihak pemerintah maupun swasta, peran dan fungsi dari berbagai pihak dapat mendorong serta menjadi nilai “Gold” pada anak berbagai karena adanya jaminan dalam keikutsertaan dalam lembaga pendidikan ini. Pihak pemerintah sebagai mediator dalam lembaga pendidikan ini, pihak swasta dijadikan sebagai stakeholder untuk penempatan kerja dari luaran lembaga ini.

Pembagunan sumber daya manusia dapat didukung dengan pemenuhan berbagai indicator dalam pelaksanaan tujuan pendidikan. Hal inilah yang menjadi cita-cita bersama bangsa Indonesia, dengan adanya lembaga pendidikan ini dapat mendorong kualitas sumber daya manusia. Sama halnya dengan beberapa lembaga pendidikan lainnya, peta konsep merupakan pondasi utama dalam pelaksanaan tujuan kelembagaan, maka susunan peta konsep tersebut dijadikan indicator ketercapaian tujuan lembaga pendidikan.
Read more...

Selasa, 01 Mei 2018

Inkubator Pendidikan dan Teknologi: Konsep Lembaga Pendidikan untuk Anak Berbakat

0 komentar

Pendidikan di Indonesia merupakan suatu pengaruh yang besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menwujudkan Indonesia yang lebih berkembang dalam sector pendidikan. Tingkat kemajuan dunia pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek-aspek yakni tingkat kemampuan pelajar dalam pencapaian indicator pendidikan serta memenuhi segala tentang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sementara itu, komisi tentang pendidikan Abad ke- 21 (Commission on Education for the “21” Century) telah merekomendasi empat strategi dalam menyukseskan pendidikan diantaranya learning to learn, learning to be, learning to do, dan learning to be together.
Lembaga pedidikan diartikan sebagai fasilitator serta mempunyai wewenang dalam mengawasi jalannya proses pendidikan yang sering terdapat permasalahan didalamnya yang kemudian diberikan suatu kebijakan yang tepat dalam menanganinya. Inkubator pendidikan dan teknologi adalah suatu organisasi yang memiliki kapabilitas untuk menampung dan meningkatkan kapasitas gift dan atau keterampilan yang dimilki oleh peserta didik maupun maha peserta didik hasil binaan dari sekolah maupun perguruan tinggi.
Secara umum inkubator dibentuk dengan tujuan yaitu: (1) Memerikan wadah kepada pelajar yang memiliki suatu kapasitas dalam mengembangkan kemampuan berdasarkan indilator yang telah dicanangkan pemerintah dan membentuk karakter kapada pelajar yang masuk dalam kategori gifted children  yang potensial untuk di ikutsertakan terhadap berbagai event-event tingkat nasional, sehingga mampu sukses menghadapi persaingan global; (2) Menekankan kamampuan intelektual yang dimiliki individu dengan memberikan suatu sarana maupun prasaran dalam pembentukan konsep diri; (3) Pengembangan deklaratif dengan memberikan media tepat guna terhadap kemampuan dan bakat yang dimiliki; (4) Peningkatan kegiatan yang menarik dengan membuat kegiatan-kegiatan internal yang sesuai dengan standarlisasi strategi pembelajaran; (5) Pemberdayaan sumber daya manusia dengan memberikan ruang kepada individu untuk menyalurkan segala bentuk kreativitas dalam bidang teknologi.
Berdasar pada 5 tujuan utama tersebut, maka hal diperlukan sebuah pematangan konsep kelembagaan yang memprioritaskan kemampuan peserta didik melalui inkubator pendidikan dan teknologi. Sistem kelembagaan pendidikan juga dapat dilihat pada strategi yang dipakai dalam merekrut dan atau pengkategorian anak berakat. Hal ini penting, sebab pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi output yang dilihat adalah kemampuan dalam meningkatkan daya pikir dan kreativitasnya.
Read more...
 
Tholibul Ilmi © 2020